Langsung ke konten utama

Reminder for My Life Journey

Reminder untuk beberapa tahun kedepan :)

Postingan kali ini saya akan menulis salah satu mimpi saya, yang saya harapkan bisa jadi kenyataan dan postingan ini sebagai reminder di kala saya melupakan mimpi ini.

Dari dulu, saya selalu menginginkan untuk menjadi relawan sosial. Berharap menjadi orang yang sebagian hidupnya untuk orang lain yang benar-benar membutuhkan. Hidup merawat orang sakit, hidup di sekeliling orang-orang berkebutuhan khusus, hidup mendampingi opa-oma di panti wreda, mengajar anak-anak yang kurang mampu, mengajari dan menemani teman-temen dengan down syndrome dan sebagainya. Tidak harus semua, tapi salah satu pun saya sudah sangat bersyukur.

Tidak perlu menunggu tua untuk mewujudkan ini semua, Indira.
Tidak benar kalau orang-orang berhenti mengejar mimpi karena mereka sudah tua; mereka jadi tua karena berhenti mengejar mimpi-mimpi mereka
Begitu salah satu kutipan yang diambil dari buku Chicken Soup for The Soul  "Memulai Kembali Hidup" di cerita ke-50.
Saya harus belajar dari Wajendra Hanif Athoillah Luthfi (Hanhan) yang di usia muda telah membantu orang yang terkena retina mata dengan penggalangan dana melalui platform amal atau belajar ke Suster In yang di usia senjanya merawat opa-oma di Panti Wreda Catur Nugraha di Banyumas.

Saya ingin dekat dengan orang-orang yang disebutkan diatas karena saya tidak ingin mendapatkan imbalan. Saya mau bersama mereka.
Help people because you know they can't help you back
Saya pada tahun 2019 dan 2020 sering bertukar pikiran dengan rekan saya dari Papua. Ijinkan saya untuk menginjak tanah itu sekali saja dan membantu mereka disana.
Saya juga ingin membantu teman-teman down syndrome. Ini akan mengingatkan saya dengan Mas Beni, anak Ibu Kos Papa dan Mama yang sudah seperti saudara bagi keluarga kami.


Tenanglah. Semua ada waktunya. Ini adalah awal dari pergerakanmu. Mari kita nikmati prosesnya satu persatu. Tabur kebaikan dan ketulusan selalu :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How 'we' treat the Bagpacker

Di artikel ini saya mau menulis tentang pengalaman saya yang benar-benar terjadi sekitar hampir 2 bulan yang lalu tentang bagaimana 'Kita' memperlakukan ' Bagpacker Asing'. Sekitar tanggal 20-an Agustus 2017, saya kembali ke tanah kelahiran saya di daerah Jawa Timur. Dari stasiun Lempuyangan ke Probolinggo membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Perlu diketahui, di stasiun Lempuyangan, hampir setiap hari pasti ada turis mancanegara yang berlibur di Jogja dan akan melanjutkan perjalanannya ke Probolinggo dengan destinasi Gunung Bromo dan selanjutnya Gunung Ijen atau langsung ke Bali. Kebanyakan dari turis mancanegara ini menggunakan kereta api. Mengapa saya katakan kebanyakan? Karena saya belum mengadakan jajak pendapat tentang destinasi turis mancanegara setelah dari Jogja. Selanjutnya, di dalam perjalanan saya ke timur Jawa, saya berbincang-bincang dengan beberapa bagpackers , 2 dari Perancis dan 1 dari Jerman. Bahasa Inggris mereka cukup lancar dan karena itulah kami bis